Materi Kelas 6
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Agustus 2024
Tema : 2 (Persatuan Dalam Perbedaan)
Subtema : 1 (Rukun dalam Perbedaan)
Pembelajaran : 2
Mata Pelajaran : SBdP (3.2), PKN 3.2
Tema : 2 (Persatuan Dalam Perbedaan)
Subtema : 1 (Rukun dalam Perbedaan)
Pembelajaran : 2
Mata Pelajaran : SBdP (3.2), PKN 3.2
Tujuan Pembelajaran
1. Memahami makna persatuan dalam perbedaan pada kehidupan sehari-hari dengan baik
2. Memahami bentuk dan macam macam pola lantai pada tarian yang ada di Indonesia dengan tepat
Ayo Mengamati
Bacalah teks berikut!
Perbedaan yang Menguatkan
Kampung Cempaka adalah sebuah kampung transmigran. Warganya berasal dari berbagai daerah padat di Pulau Jawa. Hal itu menjadikan mereka berbeda suku maupun agama.
Di Kampung Cempaka, hiduplah lima orang sahabat. Ada Asnah yang berdarah Sunda, Utami dari Banyuwangi, Toni, seorang anak etnis Tionghoa yang sebelumnya tinggal di Semarang, Wande dari suku Tengger di Jawa Timur, dan Marta, anak seorang pendeta yang dahulu tinggal di Solo. Di Kampung Cempaka, rumah mereka bersebelahan dan mereka pergi ke sekolah yang sama. Itu sebabnya mereka sangat akrab. Mereka suka bermain bersama dan sering menghabiskan waktu di rumah satu sama lain.
Meskipun berbeda suku, kebersamaan begitu kental terlihat dalam keseharian mereka. Bersama anak-anak lain di Kampung Cempaka, mereka setiap akhir minggu berkumpul di balai utama kampung. Biasanya, selain berolahraga bersama, mereka juga kerap berkeliling ke rumah warga, membantu melakukan apa saja yang dibutuhkan warga.
Kadang-kadang mereka membantu warga lanjut usia, sekadar membereskan rumah atau menyiapkan makanan. Sesekali mereka juga membantu orang tua yang sedang bekerja bakti membersihkan lingkungan. Dari Toni, mereka belajar menari Barongsai. Lalu mereka ajarkan tarian itu kepada anak-anak sekampung. Sementara itu, setiap tiba saat panen, Wande dan keluarganya akan sibuk memimpin warga membuat Tumpeng Gede, yaitu nasi khas dari daerah Tengger yang dibuat untuk mensyukuri berkah Tuhan dalam wujud panen raya.
Sikap toleransi yang ditunjukkan kelima sahabat itu memang sekadar berupa hal-hal kecil. Hal kecil dalam keseharian itulah yang mencerminkan kehidupan Bhinneka Tunggal Ika di Kampung Cempaka yang kaya akan perbedaan. Mereka hidup damai berdampingan dan tulus saling menjaga.
Perbedaan tidak menghalangi persatuan. Dengan bersatu, kita dapat melakukan banyak hal.
Setelah mengamati gambar dan membaca teks tentang hidup rukun dalam perbedaan, tulis hal yang kamu ingin ketahui lebih lanjut dalam bentuk pertanyaan!
- Apa manfaat perbedaan dalam masyarakat?
- Apa saja penyebab perbedaan yang ada dalam masyarakat?
- Bagaimana cara bergaul dalam perbedaan latar belakang budaya?
- Sikap apa saja yang dibutuhkan dalam menghadapi perbedaan?
Tulis kesimpulan tentang persatuan melalui hidup rukun dalam perbedaan pada bagan berikut!
Ceritakan pengalamanmu tentang hidup rukun di lingkungan tempat tinggalmu! Jelaskan tentang:
- Perbedaan yang ada,
- Kegiatan yang dilakukan warga bersama-sama secara rukun,
- Sikapmu dan sikap keluargamu terhadap perbedaan tersebut,
- Apa manfaat yang kamu rasakan dari hidup rukun.
Hidup rukun dapat kita jumpai di mana saja. Hidup rukun juga dapat kita lihat dalam kehidupan di sekitar kita misalnya saja di sekolah. Dalam satu kelas siswa memiliki latar yang berbeda-beda baik latar budaya maupun latar agama. Seperti yang terjadi di kelasku saat ini. Dari semua siswa dikelasku ternyata berasal dari daerah yang berbeda beda. Wawan berasal dari Jawa Barat, Albert berasal dari Maluku, Edison Manurung bersal dari Sumatera Utara.
Asal daerah juga berpengaruh terhadap agama yang mereka anut seperti disebutkan dii atas Wawan beragama Islam, Albet beragama Kristen, dan Edison beragama Katholik. Namun perbedaan yang ada tidak menghalangi kami untuk selalu bekerjasama dan saling membantu. Misalnya saja saat mendapat tugas kelompok kami dapat bekerja sama dengan baik. Dalam segala kegiatan kami selalu bekerjasama.
Dengan hidup rukun ternyata kita mendapatkan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang kita peroleh diantaranya adalah komunikasi menjadi semakin baik sehingga menciptakan persatuan dan jesatuan. Kerukunan juga menambah teman dan menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat. Hidup rukun sangat bermanfaat dalam hidup bermasyarakat.
Ayo Berkreasi
Bacalah teks berikut dalam hati!
Lego-Lego, Tari Adat Alor Bermakna Persatuan
Tarian adat adalah salah satu kekayaan budaya yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tarian adat kerap memiliki pesan dan makna yang luhur. Salah satunya ada pada tari Lego-lego dari Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tarian ini ditujukan untuk mengajak masyarakatnya bersatu membangun kampung dan negeri. Pada masing-masing kawasan di Kabupaten Alor terdapat gaya tari dan nyanyian yang berbeda-beda, namun formasinya tetap sama, yakni lingkaran. Masing-masing nyayian dan pantun yang diungkapkan saat menari, memiliki arti serta harapan yang berbeda-beda. Beberapa literatur menyatakan bahwa tarian ini sempat menjadi perang. Sekarang tarian ini lebih sering digunakan untuk menyambut tamu.
Tamu disambut oleh masyarakat yang dituakan, lalu diajak menuju sebuah pohon besar yang rindang, dengan beberapa warga perempuan yang berpegangan tangan mengelilingi pohon. Tamu dipersilakan untuk ikut serta dalam tarian tersebut. Dengan gerakan kaki yang diatur sedemikian rupa, penari akan bergerak mengitari pohon. Pasa saat yang sama, sirih pinang dan minuman sopi ditawarkan. Gerakan kaki dan nyayian di masing-masing daerah bisa saja berbeda, namun bentuk formasi lingkaran dan komponen tradisional lainnya tetap sama.
Di dalam lingkaran, ada tiga lelaki yang memiliki tugas berbeda. Ada pemukul gong yang nadanya akan digunakan untuk menghitung langkah penari, kemudian ada seorang lelaki yang bernyanyi sekaligus mengucapkan pantun, dan seorang lagi bertugas membagikan sirih pinang serta minuman sopi.
Selain menjadi identitas setiap suku, tarian ini menjadi salah satu identitas pemersatu masyarakat Alor yang punya mimpi agar masyarakat dan pendatang terus bersatu membangun kampung serta negeri.
Setiap tari tradisional terdiri atas penari yang melakukan tarian secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok. Kegiatan menari lebih dari satu orang apalagi berkelompok dalam jumlah yang cukup besar membutuhkan kekompakan.
Posisi dalam menari perlu diperhatikan oleh seorang penari. Pengaturan posisi ini disebut dengan pola lantai. Seorang penari harus memperhatikan perpindahan, pergerakan, dan pergeseran posisi saat menari. Pola lantai adalah pola denah yang harus dikuasai oleh seorang penari dan berfungsi untuk membuat posisi dalam sebuah ruang gerak.
Perhatikan jenis pola lantai berikut!
Pola Lantai Vertikal (Lurus)
Tari klasik banyak menggunakan pola lantai vertikal. Penari membentuk garis vertikal, yaitu garis lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya. Pola lantai ini memberikan kesan sederhana, tetapi kuat. Contoh tari dengan pola lantai lurus adalah Tari Yospan, Papua Tari Serimpi, Jawa Tengah Tari Baris Cengkedan, Bali.
Pola Lantai Diagonal
Penari berbaris membentuk garis menyudut ke kanan atau ke kiri. Contoh tari dengan pola lantai diagonal adalah Tari Gending Sriwijaya, Sumatra Selatan.
Pola Lantai Garis Melengkung
Penari membentuk garis lingkaran. Tari rakyat dan tari tradisional banyak menggunakan pola ini. Pola lantai ini memberi kesan lemah dan lembut. Contoh tari dengan pola lantai melengkung adalah Tari Ma’badong, Toraja, Sulawesi Selatan dan Tari Randai, Sumatra Barat
Temukan berbagai tari daerahmu! Sebutkan pola lantai tariannya!
Nama Tarian | Asal Daerah | Jenis Pola Lantai |
---|---|---|
Tari Piring | Sumatera Barat | Garis Melengkung |
Tari Saman | NAD | Garis Lurus |
Tari Gending Sriwijaya | Sumatera Selatan | Diagonal |
Tari Pendet | Bali | Garis Melengkung |
Tari Kecak | Bali | Garis Melengkung |
Tari Seudati | NAD | Garis Lurus |
Tari Sekapur Sirih | Jambi | Diagonal |
Tari Tayub | Jawa Barat | Garis Lurus |
Tari Gandrung Banyuwangi | Jawa Timur | Garis Lurus |
Joged Bumbung | Bali | Garis Lurus |
Tari Gareng Lamen | NTT | Gari Lurus |
Tari Badong Toraja | Sulawesi Selatan | Garis Lurus |
Tari Randai | Sumatera Barat | Garis Melengkung |
Tari Baris Gede | Bali | Garis Lurus |
Tarian Perang | NTT | Garis Lurus |
Tari Remo | Jawa Timur | Diagonal |
Tari Yospan | Papua | Garis Lurus |
Tari Rejang Dewa | Bali | Garis Lurus dan Melengkung |
Tari Lengger Banyumas | Jawa Tengah | Garis Lurus |
Kesimpulan;
Alhamdulillah kegiatan pembelajaran pada hari ini berjalan dengan aktif dan antusias diikuti oleh para peserta didik.
Alhamdulillah peserta didik sudah mampu memberikan contoh persatuan dalam perbedaan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, serta peserta didik juga sudah mampu memahami jwnis jenis pola lantai dalam sebuah tatian sesuai dengan tujuan pembelajaran diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar